BERBAHAGILAH SEBAGAI BORU BATAK
Memang dalam keluarga batak yang membawa
garis keturunan adalah laki-laki. Bila ada keluarga yang tidak mempunyai anak
laki-laki maka keluarga akan kurang terhormat. Garis keturunan akan terputus
yang dikenal denga istilah Mate Pusuk/ Mati Pucuk. Keturunan adalah hal yang
paling didambakan oleh setiap keluarga. Hal ini nyata kita temui dalam pesta
pernikahan baik secara adat na gok, adat na met-met atau na mangalua sekalipun.
Sai gabe-gabean ma hamunamaranak nang marboru. Bintang na rumiris ombun
nasumorop anak pe riris boru pe torop,, dan , emma tutu! Ya anak adalah salah
satu bukti kehormatan pada orang batak.
Namun apa yang kita temui dilapangan? Dalam
keluarga batak perempuan kurang mendapat peran baik dalam pengambilan keputusan
apalagi dalam pembagian harga gono-gini (harta warisan). Dalam acara-acara
adat, misalnya martonggo raja, marhusip atau yang lainperempuan batak
kebanyakan hanya sebagai pelengkap. Dalam pembagian harta warisan, perempuan
batak tidak mendapat hak sama sekali kecuali hanya sebatas tanda kasih (tanda
ni holong). Bila ada keluarga batak yang hanya memiliki anak perempuan, harta
yang dikumpulkan orang tuanya, misalnya Rumah, tanah maka harta itu menjadi hak
dari anak saudaranya laki-laki. Anak kandungnya hanya mendapat sebahagiankecil
saja. Sungguh tragis memang. Pada kondisi demikian maka siperempuantersebutpun
akan mendapat “suatu tekanan” dari masyarakat. Penulis pernah mendengar seorang
perempuan batak dihina oleh lawan bertengkarnya hanya karena hal sepele. “ Ai
aha na naeng asangkononmu, ai soadong ibotom”. Suatu kata-kata yang sangat
pedih. Beliau juga sangat berharap mempunyai saudara kandung laki-laki untuk
melindungi dan menjaganya.?
Namun bila kita amati dalan struktur segitiga
pengaman Dalihan Na Tolu, perempuan batak ditempatkan pada tempat yang
terhormat. Dalam Dalihan na Tolu wanita batak ditempatkan pada posisi puncak.
Beberapa alas an yang mengungkapkan demikian antara lain:
1. Karena wanita batak laki-laki batak akan
menjadi parbohas diulaon ni wanita batak (pihak parboru/hula hula) perduli
laki-laki batak itu mempunyai status social yang tinggi. Tidak perduli bahwa
beliau itu seorang Jenderal, Menteri atau Presiden-pun (semoga ada orang batak
yang menjadi pemimpin negeri ini) tetap harus di talaga/di dapur dan menjadi
parhobas. Dia harus tunduk sesuai aturan yang berlaku dan menghormati pihak
perempuan batak (hula-hulanya) walau hula-hulanya itu “mokkik-okkik” di
paradongan.
2. Sebutan-sebutan dalam keluarga batak.Dalam
keluarga batak ada sebutan-sebutan antara :
i. Untuk Laki-laki : Amang, Amang Siadopan,
Amang Raja Doli
ii. Untuk perempuan : Inang, Inang Boru,
Parsonduk Bolon, Inang Raja Boru, Inang Boru ni Raja, Inang Soripada.
3. Memang orang batak adalah anak dohot boru
ni raja. Namun dalam pengunkapan dilapangan maupun dalam Rumah tangga batak
jarang disebut untuk kepala Rumah tangga Amang anak ni Raja tetapi kalau Inang
boru ni raja sering diungkapkan. Hal ini menandakan walaupun sama-sama anak dan
boru niraja tetapi untuk perempuanbatak diperjelas dan diperdalam lagi
pengungkapan untuk menghormati bahwa perempuan batak bukan hanya sekedar boru
ni raja tetapi jelas-jelas boru dan keturunan raja.
4. Dalam pemberian tanda jasa atau gelar atau
dalam pemberian ulos selalu kita dengar sebutan untuk perempuan batak dengan
“Inang Soripada”. “Asa dipasahat hami songan silas ni roha nami ro ma tu joloan
Amang,,,, dohot “Inang Soripada” (walau sebenarnya pemberian tanda jasa itu
hanya untuk suaminya tetapi wanita batak selalu dipanggil dengan sebutan yang
sangatterhormat). Kalau kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Inang
Soripada” mempunyai arti yang lebih tinggi dari Istri Tercinta, Istri
Tersayang, Ibunda tercinta, bahkan juga lebih tinggi dari Tuan Putri,
Permaisuri, Rani ataupun Ratu.
Maka apakah perempuan batak tidak bangga
dengan sebutan yang disandangnya?Walaupun kadang mendapat tekanan dalam
kehidupan social tetapi berbahagialah perempuan yang terlahir sebagai perempuan
batak.
Catatan:
1. Tulisan ini bukan menganjurkan agar wanita
batak harus menikah denganlelaki batak, tetapi kalau boleh menikahlah dengan
lelaki batak.
2. Kalau wanita batak rindu dengan
sebutan-sebutan tersebut menikahlah denganlelaki batak. Tetapi jangan menikah
hanya karena sebutan-sebutan tersebut.
3. Tulisan ini sebagai salah satu bentuk
penghormatan saya pribadi kepada perempuan batak terlebih
Horas mauliate……Jangan Lupa komentnya…..
Mau nanya dong amang. Apa pda zama skarang masih berlaku kalau satu keluarga tidak punya anak laki2 maka harta warisan nya akan jatuh ke anak saudara laki2nya??? Sungguh kasiann
BalasHapus